-->

Type something and hit enter

ads here
On
advertise here
OLEH:
Simon F. Tampubolon
(08 03 026)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, masyarakat baik dalam skala rumah tangga maupun industri banyak menggunakan minyak goreng sebagai media transfer panas pada makanan. Minyak yang digunakan pun bermacam-macam, ada yang terbuat dari kelapa, kelapa sawit, jagung, dll. Namun pada hakikatnya sebagian besar minyak goreng terbuat dari tumbuhan atau bahan nabati, dan yang paling banyak digunakan adalah minyak goreng yang terbuat dari kelapa sawit.

Sebagai media transfer panas, saat proses penggorengan berlangsung, minyak goreng akan teradsorbsi pada makanan masuk mengisi ruang-ruang kosong pada makanan sehingga hasil penggorengan mengandung 5-40% minyak. Dengan demikian mau tidak mau minyak goreng ikut terkonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Hal ini tidak akan menimbulkan masalah selama minyak yang digunakan untuk menggoreng tidak rusak. Akan tetapi masyarakat kebanyakan tidak mengetahui hal tersebut dan terus menggunakan minyak goreng hingga rusak sehingga minyak goreng yang mereka konsumsi sudah tidak sehat lagi. Faktor penyebabnya sangatlah bervariasi di antaranya adalah rasa sayang jika minyak goreng tidak digunakan walaupun minyak tersebut sudah rusak dan tidak layak konsumsi.

Kerusakan minyak goreng terjadi atau berlangsung selama proses penggorengan, hal itu mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang digoreng sehingga berpengaruh pada mutu makanan itu sendiri. Minyak goreng yang rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang kurang enak pada makanan. Selain itu minyak goreng yang rusak bila dikonsumsi akan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti pengendapan lemak dalam pembuluh darah (Artherosclerosis) dan penurunan nilai cerna lemak. Berdasarkan penelitian juga menyebutkan bahwa kemungkinan adanya senyawa karsinogenik dalam minyak yang dipanaskan, terbukti dengan adanya bahan pangan berlemak teroksidasi yang dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker hati. Terbentuknya akrolein saat penggorengan juga sangat berbahaya karena akrolein yang terbentuk itu sendiri bersifat racun dan menimbulkan rasa gatal pada tenggorokkan.

Oleh karena itulah perlu adanya upaya pemanfaat minyak goreng bekas atau yang biasa disebut dengan “jelantah” agar tidak tetap dikonsumsi atau mencemari lingkungan sehingga masyarakat terhindar dari bahaya minyak goreng bekas. Pemanfaatan ini dimulai dengan pemurnian kembali minyak goreng bekas (jelantah) agar dapat digunakan sebagai bahan dasar suatu produk yang dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat, misalnya saja shampo, sabun, atau bahan bakar diesel.

1.2      Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat penulis ambil dari latar belakang di antara adalah sebagai berikut:
1.   Apakah yang dimaksud dengan minyak goreng bekas (jelantah) dan apa karakteristiknya?
2.  Bagaimana pemanfaatan minyak jelantah? Apa saja produk yang dapat dihasilkan?
3.  Apakah definisi dari shampo dan bagaimana karakteristiknya?
4.  Bahan dasar dan alat apa saja yang diperlukan untuk membuat shampo? Bagaimana proses pembuannya?
5.  Apakah kelebihan dan kekurangan produk shampo dari bahan dasar minyak jelantah?

1.3      Tujuan

Proposal kegiatan ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.   Mendeskripsikan dan mendefinisikan minyak goreng bekas (jelantah) serta menjelaskan karakteristiknya
2.  Menjelaskan cara pemanfaatan minyak goreng bekas atau  jelantah dan menyebutkan produk yang dapat dihasilkan dari pemanfaatan itu sendiri
3.  Mendefinisikan shampo dan karakteristiknya
4.  Menyebutkan dan menjelaskan bahan dasar serta peralatan untuk pembuatan shampo
5.  Menjelaskan kelebihan kekurangan produk shampo yang dihasilkan



BAB II
PEMBAHASAN


Pemurnian minyak merupakan tahap pertama dari suatu proses pemanfaatan minyak goreng bekas, baik untuk dikonsumsi kembali maupun untuk digunakan sebagai bahan baku produk. Tujuan utama pemurnian minyak goreng ini adalah menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang kurang menarik dan memperpanjang daya simpan sebelum digunakan kembali. Pemurnian minyak goreng ini meliputi 4 tahap, yaitu penghilangan bumbu (despicing), netralisasi, pemucatan (bleaching), dan penghilangan bau (deodorasi).

1.     Penghilangan bumbu (despicing)
Despicing merupakan proses pengendapan dan pemisahan kotoran akibat bumbu dan kotoran dari bahan pangan yang bertujuan menghilangkan partikel halus bersuspensi atau membentuk koloid seperti protein, karbohidrat, garam, gula, dan bumbu rempah-rempah yang digunakan menggoreng bahan pangan tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Proses despicing ini dilakukan dalam tempat logam atau kaca tahan panas yang berdiameter kecil tetapi tinggi agar proses steaming dapat berlangsung secara maksimal. Dengan pemansan pada proses despicing ini, bumbu dan semua kotoran yang ada dalam minyak bekas akan mengendap dan minyak lebih mudah dipisahkan dari pengotor-pengotornya.

2.    Netralisasi
Netralisasi merupakan proses pemisahan asam lemak bebas dari minyak dengan mereaksikan minyak tersebut dengan larutan basa dalam keadaan panas dan diaduk dengan cepat sehingga minyak akan membebaskan asam lemak bebas dan menjadi lebih jernih. Persamaan reaksi dari pembebasan asam lemak dalam proses ini adalah sebagai berikut:

 R    -COOH (l) + NaOH(aq)              RCOONa (s) + H2O


3.    Pemucatan (bleaching)
Pemucatan adalah usaha untuk menghilangkan zat warna alami dan zat warna lain yang merupakan degradasi zat alamiah, pengaruh logam dan warna akibat oksidasi.

4.    Penghilangan bau (deodorasi)
Deodorasi dilakukan untuk menghilangkan zat-zat yang menentukan rasa dan bau tidak enak pada minyak.

Semua pemrosesan tersebut mulai dari tahap pertama hingga tahap deodorisasi dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dan cenderung konstan agar hasil yang diperoleh dapat maksimal.


2.1.        Keterangan Fungsi Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pemanfaatan minyak goreng bekas menjadi beberapa produk cukup mudah diperoleh di toko kimia. Adapun keterangan dari fungsi bahan-bahan di antaranya:

•         Arang aktif
  Arang merupakan bahan padat berpori dan umumnya diperoleh dari hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur berpori.
  Arang aktif merupakan karbon aktif yang telah mengalami proses aktivasi untuk memperbesar luas permukaannya sehingga daya serapnya menjadi lebih besar.
  Arang aktif mampu menyerap gas, cairan, dan zat terlarut lainnya. Bahan ini dapat diperoleh dengan membuat sendiri atau membeli di toko bahan kimia.

•         Surfaktan
Surfaktan berfungsi kemampuan mengikat dan mengikat kotoran. Dari bahan surfaktan inilah shampo dapat menghasilkan busa.

•         Parfum dan pewarna
Parfum merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu produk kosmetika dengan tujuan untuk menutupi bau yang tidak enak dari bahan lain dan untuk memerikan wangi yang menyenangkan terhadap pemakainya. Bahan ini dapat diperoleh di toko parfum. Sedangkan pewarna digunakan untuk membuat produk lebih menarik sehingga disukai konsumen. Pewarna dapat dibeli di toko bahan makanan atau toko bahan kimia.

•         Garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl)
Garam atau Natrium Klorida (NaCl) berperan untuk mengatur kekentalan. Semakin kental produk shampo, dipersepsi penggunaannya semakin hemat, kandungannya kaya dan disukai konsumen.

•         Air
Produk yang berbentuk cair seperti shampo menggunakan air sebagai pelarutnya. Untuk mendapatkan produk yang bagus, sebaiknya menggunakan aquades atau air yang telah diproses, tapi untuk pembuatan skala kecil di sini cukup digunakan air biasa.

•         KOH
Penambahan KOH dalam pembuatan shampoo harus tepat, karena apabila terlalu banyak akan memberi pengaruh negatif. Sedangkan bila terlalu sedikit maka shampo yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas tinggi yang mengganggu proses emulsi shampo dan kotoran.

2.2.       Proses Pembuatan Shampo Cair
 Yang pertama kali dilakukan adalah pembuatan larutan KOH 32% dengan cara melarutkan 32 gram KOH dengan air sehingga volume 100 ml dengan hati-hati. Kemudian minyak goreng hasil reprosessing dipanaskan pada suhu ± 45ºC.  Larutan KOH 32% dipanaskan sampai suhu ± 35ºC (hangat-hangat kuku). Lalu larutan KOH 32% tersebut dimasukkan kedalam minyak dengan komposisi minyak: KOH = 100 g = 60 mL.
Campuran diaduk dengan cepat menggunakan mixer selama 90 menit, pengadukan cepat ini bertujuan agar larutan basa KOH dengan minyak dapat bercampur dengan sempurna. Penambahan KOH harus dengan tepat agar proses emulsi shampo dengan kotoran saat shampo digunakan untuk keramas dapat berlangsung dengan baik. Selanjutnya memasukkan air (58 mL air per 100 g minyak), surfaktan Emal TD (40 g emal TD per 100 g minyak), sodium benzoat (0,4 g sodium benzoat per 100 g minyak), dan pewarna secukupnya. Mengaduk larutan tersebut sambil dipanaskan samai suhu ± 50ºC.

Penambahan surfaktan dilakukan agar shampo atau produk yang akan dihasilkan dapat membersihkan dengan cara mengikat kotoran. Pemanasan dilakukan secara perlahan dan cenderung konstan sehingga bahan-bahan dapat tercampur tanpa adanya gumpalan. Mematikan api pada suhu ± 50ºC dan melakukan pengadukan sampai suhu turun menjadi ± 30ºC, hal ini akan mencegah adanya kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan selama proses pembuatan shampo.

Kemudian sementara itu membuat larutan garam NaCl 1% dengan melarutkan 1 g garam NaCl ke dalam 100 mL air setelah itu  larutan garam dicampurkan kedalam larutan shampo tadi(100 mL larutan garam per 100 g minyak) dan parfum (0,1 g mL parfum per 100 g minyak) sambil dilakukan pengadukan sampai terbentuk larutan jernih. Penambahan parfum adalah untuk memberikan  aroma terapi atau aroma yang menarik, sedangkan penambahan pewarna untuk membuat warna shampo lebih menarik pula, dalam artian tidak pucat pada produk shampo. Larutan yang telah jadi tersebut merupakan shampo yang langsung bisa digunakan, sebaiknya shampo cair yang dihasilkan tadi disimpan dalam wadah tertutup rapat.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1)  Minyak goreng bekas (jelantah) merupakan bahan yang berbahaya untuk dikonsumsi karena minyak goreng bekas (jelantah) dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti pengendapan lemak dalam pembuluh darah (Artherosclerosis) dan penurunan nilai cerna lemak, dimungkinan adanya senyawa karsinogenik dalam minyak yang dipanaskan, terbukti dengan adanya bahan pangan berlemak teroksidasi yang dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker hati. Terbentuknya akrolein saat penggorengan juga sangat berbahaya karena akrolein yang terbentuk itu sendiri bersifat racun dan menimbulkan rasa gatal pada tenggorokkan.

2)  Minyak gorang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan shampo.


3)  Dalam proses pembuatan shampo dari minyak goreng, arang aktif  dapat digunakan untuk memurnikan minyak jelantah dengan metode adsorpsi.

 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Menjernihkan Jelantah. Online(29 Maret 2009). file://localhost/D:/je/menjernihkan_jelantah.htm.

Agus, wahyudi. Siswa SD Temukan Penyaring Jelantah. Online (29 Maret 2009). file://localhost/D:/je/ban04.htm.


Source : http://simonfranztampubolon.blogspot.com/

Click to comment