-->

Type something and hit enter

ads here
On
advertise here
http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/20110811_Mari_Elka_Pangestu.jpg
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyebutkan krisis hebat di Amerika dan Eropa tak berdampak bagi perekonomian Indonesia. Kenapa? Pasar ekspor produk Indonesia ke negara-negara tersebut tidak besar dibanding pasar utama produk Indonesia di Asia.
“Pasar Uni Eropa dan Amerika Serikat hanya 20 persen, sedangkan ke Asia 70 persen. Tidak kurang dari 70 persen ekspor nonmigas Indonesia ditujukan ke pasar Asia, sehingga dengan struktur pasar seperti ini, krisis yang sedang melanda Eropa dan AS diharapkan tidak terlalu banyak mempengaruhi kinerja ekspor kita,” ungkap Mari Elka, saat jumpa pers di Kantornya, Jakarta, Senin (26/9/2011).
Mari melanjutkan Indonesia akan terus meningkatkan upaya ke pasar-pasar emerging Asia yang besar, dan rencananya akan dilakukan pertemuan bilateral dengan India awal Oktober 2011 di Jakarta yang dipimpin Menteri Perdagangan India dengan rombongan dunia usahanya, serta pertemuan bilteral dan misi dagang ke RRT pada bulan Desember 2011. Adapun bersama Korea Selatan, tengah dilakukan joint study Indonesia-Korea oleh vision group untuk memberi rekomendasi perihal peningkatan perdagangan dan hubungan ekonomi kedua negara.
Ditegaskan Mari Elka, upaya diversifikasi pasar perlu digalakkan. Di luar Asia, Indonesia tengah meningkatkan penetrasi ke beberapa negara di Afrika, Timur Tengah dan Amerika Latin serta Rusia. Ekonomi negara-negara tersebut diperkirakan tetap akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi ke depan.
“Yang penting adalah bagaimana kita lebih fokuskan lagi berupaya mendorong diversifikasi pasar ekspor untuk menembus pasar-pasar potensial,” katanya.
Namun, menurut Mari, pemerintah tetap mewaspadai potensi dampak krisis tersebut terhadap Indonesia dengan menyiapkan strategi mengamankan pasar ekspor, dengan diversifikasi pasar, menguatkan daya saing dan pasar dalam negeri.
“Mengamankan ekspor dengan diversigikasi pasar, daya saing, dan pasar dalam negeri. ”Tiga langkah ini akan semakin diperkuat dan menjadi fokus kita dalam mengantisipasi dampak krisis terhadap perdagangan dunia,” urainya.
Lebih lanjut, krisis Eropa dan Amerika, menurut Mari Elka tetap harus diwaspadai agar dapat melakukan langkah-langkah antisipatif, juga melhiat sisi positif  kesmpatan dan peluang di tengah terjadinya krisis ini.
Mari Elka melihat meningkatnya risiko krisis Uni Eropa dan Amerika, akan menyebabkan penurunan pertumbuhan dunia, yang akhirnya menyebabkan penurunan permintaan dan harga komoditi dan ekspor Indonesia. WTO juga telah memprediksi penurunan pertumbuhan ekonomi.
Karenanya, tegas Mari Elka perlu langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja ekspor. Ppemerintah akan terus menyusun dan melaksanakan langkah-langkah antisipatif. Sementara ini kinerja ekspor masih baik dan Kemendag tetap optimis ekspor akan tetap mendekati 200 miliar dolar Amerika pada tahun ini.
“Komoditi berkontribusi positif, batubara dan kelapa sawit masih positif pertumbuhannya, Kakau peralihan hilirisasi, Perabot, kalau dari angka ini belum kelihatan,” sebutnya.
Hingga kini, menurut Mari, hampir semua komoditi ekspor masih mengalami pertumbuhan positif. “Yang langsung mengalami penurunan itu karet dan produk karet, karna ada ban mobil, juga otomotif seperti tahun 2009 yang karena konstraksi ekspor. Ekspor biji kakau turun tapi kakau pengolahan naik,” jelas Mari lebih lanjut.
Paparnya, menghadapi situasi perekonomian dunia, fundamental perekonomian Indonesia saat ini cukup kuat. Tapi kita akan tetap merasakan dampak negatif dari perekonomian dunia sehingga Indonesia tetap harus serius merumuskan dan mengimplementasikan langkah-langkah untuk meminimalkan dampak perlambatan ekonomi global. Menghadapi situasi tahun 2008/2009, Indonesia dapat melakukan langkah-langkah yang tepat sehingga tetap mengalami pertumbuhan positif.